Senin, 29 Januari 2024

Refleksi Tengah Malam

 30 Januari 2024, pk 00.02.

Mas sama dedek udah tidur, jadilah aku menuntaskan hal yang udah lama pengen aku lakukan : curhat di blog. Wahahahaha. Iya, nulis di blog rasanya jadi salah satu cara yang cukup ampuh untuk release perasaan dan pikiranku. Jadi kayak refleksi sama diri sendiri, menekan tombol pause dan mengambil waktu untuk menyadari sejenak apa yang terjadi sama hidupku.

1 tahun lebih ya ternyata aku baru nulis blog lagi, wahahaha. Jeda yang luar biasa, banyak banget yang terjadi dalam hidupku selama setahun lebih ini. Manusia kecil yang tadinya ada di dalam perutku, sekarang udah di luar. Dan makin hari, kok rasanya makin lucuuuuuuuuuuuu pooollll :') Wahahahaha. Selalu ada tingkahnya yang gemesin, lha orang dia diem nggak ngapa-ngapain aja udah lucu. HAHAHA.

Brill--Nama yang menjadi doaku & mas untuk anak ganteng ini. Jadi seorang laki-laki yang bersinar cemerlang bagi kemuliaan Tuhan, cerdas, semakin dikasihi Tuhan dan sesama. Puji Tuhan semua proses kelahiran dedek berjalan lancar, termasuk proses setelahnya yang aduhai banget akhirnya bisa terlewati semuanya ya xD

Proses penyesuaian diri sebagai seorang new mom yang merawat newborn, rasanya nano-nano kalau diingat-ingat. Tapi justru di situlah lagi-lagi penyertaan Tuhan terasa begitu nyata. Dedek sempat disinar 3 hari di RS karena bilirubinnya tinggi. Sebagai new mom, rasanya sedih dan terpukul banget. Ternyata bukan hanya aku, tapi mas pun merasakan hal yang sama. Setelah nganter dedek ke RS, kami pulang ke rumah dan di situlah air mata yang udah ditahan-tahan, akhirnya tumpah semua.

Berat rasanya untuk kami mengalami hal tersebut, tapi setelah kami doa dan menyerahkan dedek ke Tuhan, Tuhan berikan ketenangan dan kekuatan baru. Selama 3 hari itu kami beberapa kali ke RS untuk anter ASI sambil jenguk dedek juga. Anak bayi yang nangisnya super kenceng, sampai terkenal di satu ruangan sinar itu, hahahaha. Puji Tuhan, setelah 3 hari dedek udah boleh pulang, huwaaaa rasanya happy sekaliiiiii :') Bisa peluk dan cium cium dedek lagi.

Hampir 9 bulan ini puji Tuhan dedek tumbuh dengan sangat baik dan lucu. Setiap lihat dedek, selalu kagum dan bersyukur sama kebaikan Tuhan. Keberadaan dedek adalah bukti anugrah dan berkat Tuhan yang nggak ternilai harganya. Suatu hari mudah-mudahan dedek mengerti fakta itu, bahwa begitu mama & papanya bersyukur atas kelahirannya. Dan bahwa ia sangat dicintai dan dikasihi, terutama oleh Tuhan Yesus, Penciptanya yang ajaib.

Anyway ...

Salah satu keresahan yang lagi aku rasakan belakangan ini adalah merasa gagal. Merasa semua yang aku kerjakan di dalam pekerjaanku kacau dan rasanya nggak ada yang bisa dibanggakan. Banyak salahnya, dan bingung mau beresin dari mana. Sedih, kesel, kecewa sama diri sendiri juga karena ngerasa kepayahan. Sampai pernah mau meeting rasanya takut banget, dan sakit kepala beberapa hari karena mikirin semua ketakutan itu. Seorang Khezia tuh hampir nggak pernah sakit kepala lho seumur hidup, baru kemarin-kemarin ini sempet sakit kepala beberapa hari, sampai harus minum obat biar reda sakitnya.

Padahal sudah memberikan ruang untuk diri ini melakukan kesalahan sebagai bagian dari proses pembelajaran dan adaptasi, tapi rasanya kok parah banget dan terlalu banyak ya kesalahannya. Sampai membuat jadi down sendiri. Kalau udah begini, rasanya cuma bisa ngadu sama Tuhan dan inget-inget lagi apa yang udah Tuhan buat sampai sejauh ini.

Tuhan yang bawa Khezia di level yang baru ini, jadi sudah pasti Tuhan akan sertai. Dan somehow berasa banget quotes "Musuh terbesar adalah diri sendiri", karena ada banyak hal yang rasanya bertentangan di dalam diri dan harus ditaklukkan juga supaya bener mindset dan langkahnya. Nah ini nih yang super nggak gampang banget. Menaklukkan diri sendiri, wow, it's a new level of understanding banget.

Di tengah kegiatan yang padat, bersyukur Tuhan masih kasih sehat sampai hari ini. Bersyukur Tuhan masih kasih kemampuan dan kebesaran hati, bersyukur masih Tuhan percayakan power untuk do something. Iya, Khezia nggak se-tak berdaya itu. Khezia punya power untuk mewujudkan semuanya sesuai standar yang Khezia mau, nggak asal-asalan, tapi standarnya Tuhan.

Itulah yang paling bikin sedih, karena ngerasa udah bikin Tuhan malu. Kan Tuhan ciptain aku dengan begitu luar biasa, tapi kok kayaknya fitur-fiturnya nggak dipake gitu lho. Jadi nggak maksimal, nggak seperti yang Tuhan mau. Kayak iPhone15 yang cuma dipake buat telp & sms aja. Walaupun ya jujur, kalau mau mulai benerin semuanya kayaknya bener-bener harus sabar dan dibenerin satu per satu. Takes time dan nggak nyaman, tapi itulah prosesnya Tuhan.

Sampai curhatan ini ditulis, perasaanku masih mixed feelings banget. Apalagi besok Goal Setting, dimulai lagi semester baru, 'lintasan' baru. Khezia harus berubah, harus berusaha. Nggak nyaman memang, tapi kalau dilewati sama Tuhan Yesus pasti bisa. Amin amin amin.

Yowes segitu dulu ya curhatnya, udah ngantuk banget. Wahahaha. Intinya dalam langkah-langkahku kedepan, aku butuh Tuhan. Nggak akan bisa handle semuanya sendirian. Tuhan pasti akan mampukan untuk aku melangkah dan mencoba banyak hal baru di semester yang baru. Tuhan pasti tolong, PASTI.

Terima kasih Tuhan, I'm totally blessed :)

Sabtu, 31 Desember 2022

Rangkuman Syukur

Sampai juga di hari ini, hari terakhir 2022.

Satu tahun lagi, Tuhan sudah pelihara.

Saat blog ini ditulis, mas Adit lagi di gereja untuk latihan musik dan ibadah tutup tahun. Dan aku lagi di apartemen, download file dari Drive UI sekaligus mencoba merangkum berbagai kebaikan Tuhan di tahun ini melalui tulisan.

Ya, Tuhan Yesus sungguh amat baik.

Ada banyaaaaaakkk banget kejadian di tahun ini, yang menjadi bukti kebaikan dan kebesaran Tuhan buat aku. Tahun ini merupakan salah satu tahun paling berkesan dalam hidupku, salah satunya karena di tahun ini ada banyak perubahan fase kehidupan yang aku alami.

Maret 2022 aku menikah. Sampai hari ini masih terlalu bersyukur kepada Tuhan atas pernikahan kami. Terasa banget banget banget campur tangan Tuhan dari mulai persiapan pernikahan, sampai hari H. Dari mulai PDKT, pacaran, dan berumahtangga sampai hari ini. Semuanya, yes literally SEMUANYA Tuhan sertai.

Tuhan yang cukupkan setiap kebutuhan kami. Tuhan nggak biarkan kami kekurangan. Bahkan Tuhan berikan sukacita dan damai sejahtera dalam segala keadaan yang kami alami. Secara finansial, bisa dibilang kami kembali menata ulang keadaan kami. Setelah tabungan yang terpakai untuk biaya menikah, kami benar-benar memulai semuanya dari nol lagi. Berusaha menabung lagi dari awal, sekaligus masa adaptasi dengan pengeluaran rumah tangga yang tentunya jauh berbeda kalau dibandingkan dengan masa single dulu.

Tapi puji Tuhan, di tengah semuanya itu Tuhan tetap cukupkan. Kami masih bisa makan setiap hari, kami masih diberikan kesempatan untuk bisa bantu keluarga, termasuk salah satunya kemarin baru aja ajak keluarga staycation di hotel & dinner bareng. Kalau bukan karena berkat Tuhan, rasa-rasanya nggak akan mungkin itu bisa terjadi :')

September 2022, pertama kalinya aku mengetahui ada seorang manusia kecil yang Tuhan percayakan di dalam perutku. Rasanya masih nggak percaya Tuhan berikan kesempatan itu. Waktu cek ke dokter, ternyata usia kandunganku sudah 5 minggu. Dan tepat saat tulisan ini dibuat, si dedek kecil sudah berusia 19 minggu 5 hari di dalam perut, dan Senin besok akan genap 5 bulan.

Satu hal yang aku dan mas Adit percaya dan doakan, bahwa Tuhan akan memberikan kami keturunan ketika Tuhan merasa bahwa kami sudah siap. Nggak ada yang tahu kapan waktunya Tuhan, tapi ketika Tuhan menghadirkan anak ini di dalam perutku, di situlah kami tahu bahwa menurut Tuhan kami sudah siap. Sudah siap untuk memulai perjalanan dan pembelajaran menjadi orang tua, yang mungkin nggak selalu mudah, tapi Tuhan pasti mampukan.

Minggu lalu aku sempat flek, puji Tuhan hanya sedikit dan setelah USG kata dokter semua baik-baik aja. Hanya memang karena posisi ari-arinya lagi di bawah, jadi rentan untuk flek. Jadilah aku diopname 1 malam, supaya bener-bener istirahat. Puji Tuhan besoknya udah boleh pulang sama dokter, dan lanjut istirahat di rumah.

Melalui kejadian itu, aku belajar banyak. Siang itu jujur aku begitu takut, takut dedek kenapa-kenapa. Cuma bisa doa dan minta Tuhan berikan ketenangan. Sambil usap-usap dedek dan bilang, dedek pasti baik-baik aja, Tuhan pasti jaga. Dan di situ Tuhan benar-benar berikan ketenangan, sampai akhirnya sampai di RS dan dicek semua sama dokter, semuanya aman.

Waktu di RS juga mama Elisa, Gaby, Karen, dan mama Santi jenguk. Membuat aku kembali menyadari bahwa bagaimana pun keadaanku, Tuhan menempatkan keluarga yang sangat mengasihi aku, memperhatikan aku, dan bahkan mendoakanku. Mengetahui fakta itu, jadi salah satu berkat terindah yang aku syukuri sama Tuhan.

Malamnya saat aku kembali ke rumah, waktu mas udah tidur pules di sebelahku, aku jadi terharu sendiri dan berterima kasih kepada Tuhan atas keberadaan seorang mas. Sejak aku hamil, aku merasa banget mas sangat memperhatikan dan banyak membantu aku. Dari mulai mual tiba-tiba, jalan harus pelan-pelan, dan nggak bisa melakukan pekerjaan rumah tangga sebanyak sebelumnya.

Tapi mas nggak pernah merasa terbeban dengan itu semua, justru sering banget dia bilang "Kalo butuh bantuan, minta tolong sama aku. Bilang aja ya kalau mau aku bantu." Waktu aku diopname kemarin juga mas tetep mau nginep di RS nungguin aku, walaupun aku bilang gapapa kalo mas mau pulang istirahat di apartemen, karena kan aku nggak sakit, daripada di RS tempat buat mas tidur juga nggak nyaman. Tapi mas nggak mau, katanya nggak akan tega ninggalin aku sendirian. Dan akhirnya mas nginep di RS, tidur di bangku panjang dengan seadanya, dan selalu standby kalo aku butuh apa-apa.

Ngeliatin mukanya mas pas lagi tidur, sering bikin aku nangis sendiri karena terharu. Wahahahaha. Sebaik itu Tuhan sama aku, ngasih suami sebaik itu. Se-happy itu aku bisa nikah sama mas, bukan cuma sebagai partner, tapi juga sebagai kepala rumah tanggaku yang sangat mengasihi aku. Lha pas nulis ini aja aku nangis lagi, wahahahahaha. Bener-bener sebersyukur itu sama Tuhan.

Dan tentu sajaaaa ...

Sangat sangat bersyukur akan keberadaan dedek kecil di dalam perutku ini. Aku kemarin sempat minta maaf sama dedek, karena flek mungkin aku kecapean kata dokter. Aku minta maaf karena aku merasa bersalah nggak perhatian sama dedek. Aku tetep melakukan aktivitasku sesibuk dan sepadat itu, tanpa memikirkan apakah keadaan dedek oke nggak ya kalau aku begini atau begitu. Aku bersyukur Tuhan berikan aku anak yang kuat, sehat, dan aktif sampai hari ini. Udah mulai berasa dedek nendang-nendang di dalam perutku yang makin bulat. Lucuuuuuu bangeeeeettt :')

Dan di saat itulah aku juga berjanji sama dedek, kalo aku akan berusaha lebih baik lagi untuk jaga dedek, untuk lebih memperhatikan dedek dan nggak semau aku sendiri. Mungkin ini ya yang dibilang proses menjadi seorang ibu, yang belajar untuk mengesampingkan egonya sendiri, untuk kebaikan anaknya. Yaampun dari dedek masih di perut aja Tuhan udah mulai proses-Nya buat aku ya, emang luar biasa baik Tuhan itu.

Iya, di 2022 Tuhan begitu baik. Perbuatan-Nya ajaib.

Kiranya itu semua menjadi bekal buat aku memasuki 2023. Aku nggak tahu apa aja yang akan terjadi di 2023, tapi aku mau terus ingat kebaikan demi kebaikan Tuhan yang sudah aku terima seumur hidupku. Biar itu menjadi pengharapan buat aku dalam menghadapi berbagai sesuatu. Percaya kalau Tuhan sertai aku di hari-hari yang lalu, Tuhan pasti akan sertai juga di hari-hari ke depan.

Semangat menyambut 2023 ya Khezia.

Khezia, mas, dan dedek akan selalu diberkati, dikasihi, disertai.

AMIN!

Sabtu, 07 Mei 2022

Identitas

Hallo ...

Sudah sejak 8 Desember 2021 yang lalu aku bikin draft di blog ini, tapi ternyata nggak selesai juga. Hahahaha. Iya, emang udah lama banget nggak nulis. Dan somehow nulis itu adalah salah satu cara berkontemplasi dengan diri sendiri ya ternyata.

Seperti sekarang ini, minggu pagiku di kamar sendirian lantaran mas Adit barusan berangkat ada yang perlu dihandle di kantornya. Ecieeee, Khezia sekarang udah jadi istri orang. Wahahaha. Ini juga adalah salah satu perubahan terbesar dalam hidup yang puji Tuhan, Tuhan ijinkan aku alami.

Gimana rasanya jadi istri?
SERU! Wahahaha. Iya bener, seseru itu. Kayaknya aku mulai menikmati deh jadi ibu rumah tangga #halah hahaha. Mulai sering masak, dan surprisingly, masakanku enak kata mas Adit. Dia kan Quality Control-ku, hahaha. Bersih-bersih rumah, kayaknya seneng gitu lho kalo ngeliat rumah bersih, rapi, wangi. Ada kepuasan tersendiri. Hahaha. Paling yang bikin males dikit adalah kalo ngeliat cucian piring numpuk, rasanya mager banget. Hahahaha

Sebersyukur itu rasanya, bisa nikah sama mas Adit. Masih suka nggak percaya, Tuhan bener-bener kasih orang yang tepat untuk jadi partner hidupku. Setiap hari itu rasanya seru, apapun keadaannya adaaaaa aja yang bisa kita ketawain. Walaupun masalah mah ada aja, pusing dikit mah ada aja, tapi rasanya tetap menyenangkan.

Tuhan itu baik, benar-benar baik.

Nggak kebayang kan kalo nikahnya bukan sama mas Adit, misal nikah sama orang yang salah gitu, gimana coba kan? Akan jadi seperti apa hari-hari ini, hahahaha. Dan lebih parahnya lagi itu seumur hidup lho, seumur hidup itu kan lama ya bund. Makanya sampai sekarang rasanya overwhelmed banget atas berkat Tuhan yang satu ini, bersyukur sekali.

Satu hal yang lagi struggle banget sekarang, adalah soal pekerjaan. Sebenernya ini bukan sesuatu yang baru, tapi udah lama banget terjadi mungkin selama 3 semester ini. Sebagai Leader di MRLC, rasanya tantangan kok ya nggak habis-habis gitu lho. Sejak pandemi sampai sekarang, rasanya suliiiittt sekali mau mencapai target. Masih aja ngalamin masalah yang sama soal data, yang bahkan sekarang tambah parah karena udah menyangkut culture.

Rasanya semua itu nggak ada habisnya, kayak gunung tinggi yang didaki tapi nggak nyampe-nyampe ke puncaknya. Udah ngabisin banyak pikiran, tenaga, waktu, doa, air mata, tapi masih jauh banget ujungnya. Dan karena ini udah terjadi di beberapa semester, somehow itu sampai menyentuh identitas diriku.

Aku merasa gagal sebagai Leader. Gagal menyelesaikan masalah teamku, gagal memimpin dengan baik, gagal mencapai target, dan masih banyak lagi kegagalan lainnya yang bikin perasaan nggak enak dan sedih luar biasa. Semakin aku merasa gagal, semakin payah rasanya aku untuk bergerak dan melakukan sesuatu, kayak powerless aja gitu. Semua yang dilakukan kayaknya sia-sia.

Ya, bergumul dengan identitas sangat nggak mudah. Aku belajar untuk inget-inget lagi, kenapa ya aku bisa jadi Leader, kenapa bisa sampai sejauh ini. Belajar untuk inget lagi penyertaan Tuhan sampai hari ini. Kalau Tuhan udah bawa sampai hari ini, ya masa endingnya udahan gitu doang jadi Leader yang gagal. Nggak seru amat ya kan.

Baru aja semalem ngeliat postingannya Esslyn The di IG, yang pake desain note-nya gitu dan diingetin bahwa :

KALAU KITA HANYA MENGERJAKAN YANG KITA BISA/SUKA, KITA JADI NGGAK AKAN PERNAH MELIHAT PENYERTAAN & MUJIZAT YANG TUHAN KERJAKAN.

Diiyain pake banget! :')

Sampai hari ini jujur rasanya masih beraaaatt banget. Ini udah bulan Mei, dan MRLC masih jauh banget dari target. Oh iya, ditambah sama resignation-nya Gersom. Itu juga lumayan nambah pemikiran sebagai Leader yang gagal. Kalo kata Boss, tingkat Love-ku berkurang banget, bahkan merah. Itu PR besarnya.

Iya, aku pun ngerasa jadi orang yang egois. Dari dulu yang kak Vida bilang aku egoless, sekarang kok jadi egois ya. Nggak ngerti apa yang terjadi, tapi mungkin ya kebablasan. Kalo dulu seorang Khezia Love-nya tinggi banget, sehingga harus naikin Respect, sekarang malah jomplang Respect-nya ketinggian. Dan kalo dulu rasanya apa-apa aku mikirin perasaan orang lain, belajar untuk bersikap bodo amat, lah sekarang kebablasan jadi nggak peduli perasaan orang lain kayaknya.

Jadi ngerasa kayak kehilangan identitas diri, sebenernya Khezia ini orang yang kayak gimana sih? Leader yang kayak gimana sih?

Barusan jadi kepikir sesuatu. Nah kan beneran karena nulis jadi kepikir sesuatu, hahaha. Memang nulis itu jadi waktu untuk berkontemplasi yang sangat baik ya.

Selama merasa kehilangan identitas ini, aku ngerasa perlu kembali jadi Khezia yang dulu. Khezia yang deket banget sama anggota team, yang namanya sering disebut dalam ucapan terima kasih kalo ada yang dapet Rank Promotion. Khezia yang dulu care banget sampai tengah malem atau libur pun masih jawabin WA anggota team soal kerjaaan. Kelihatannya memang baik, but seriously do I really want to be that kind of Khezia?

Sepertinya bukan itu deh yang aku mau. Terus, apakah itu berarti kalo nggak mau jadi Khezia yang dulu, artinya Khezia yang sekarang jahat gitu? Hmm, kayaknya nggak juga deh. Khezia yang dulu maupun Khezia yang sekarang, sama-sama punya kekurangan kan. Punya plus minusnya sendiri. But guess what's the different?

Bedanya adalah Khezia yang ada di titik ini adalah Khezia yang udah ngalamin banyak sekali hal, lebih banyak jam terbangnya, pengalamannya, termasuk pengetahuannya. Means that, sekarang senjatanya sebenernya udah lebih banyak seiring berjalannya waktu. Dan waktu juga yang membuat keadaan banyak berubah. Team yang udah berubah jadi unit, orang yang nambah banyak, dan lain sebagainya.

Nggak bermaksud untuk menyalahkan keadaan, no no sama sekali no. Tapi itu artinya, there's always an opportunity to be an upgraded-me. Khezia versi upgrade. Kayak apps BNI yang semalem aku buka nggak bisa, karena maksa buat update. Jadi harus di-update dulu baru bisa dibuka lagi. Mungkin sekarang keadaannya ya kayak gini, kalo Khezia nggak upgrade, Khezia nggak akan bisa jalan lagi. Harus update, harus upgrade. Be the new me, an upgraded version of myself.

Gils gils, dalem banget ini kesimpulan. Wahahahaha

So this is a chance of mine, to determine a new version of myself. Aku yang menentukan sendiri, seorang Khezia mau jadi Leader yang kayak apa. Mau jadi Warrior yang kayak gimana. Mau jadi pribadi yang seperti apa. Aku yang pegang kendali, aku yang menentukan, aku yang mengatur sendiri identitasku.

Woooww, terima kasih untuk pemahaman ini ya Tuhan :')

Kalo aku yang menentukan sendiri, berarti aku bebas dong mau jadi yang kayak gimana. Identitas pertama yang terbaik dan nggak ada tandingannya, kayaknya cuma identitas dari Tuhan deh :') Coba kita liat satu-satu ya, kata Tuhan apa.

  • Anak kesayangan-Nya
  • Biji mata-Nya
  • Diingat-Nya diantara hamparan pasir di laut
  • Diindahkan-Nya di tengah milyaran bintang di langit
  • Disertai kemanapun pergi
  • Dijadikan kuat dan berhasil
  • Jadi kepala dan bukan ekor
  • Terus naik dan bukan turun
  • Jadi terang dunia yang memuliakan Bapa
  • Diperlengkapi dalam segala perbuatan baik
  • Dikasihi Allah dan sesama
  • Perpanjangan tangan-Nya

Tuhan yang menciptakan aku, Tuhan yang paling tau apa dan siapakah aku ini. Tuhan yang paling tau identitasku. Jadi identitas dari Tuhan lah yang paling bagus untuk aku ambil menjadi identitasku. Karena nggak ada yang kenal aku, melebihi Tuhan yang mengenalku, bahkan termasuk diriku sendiri ya kan.

Terima kasih untuk perenungan hari ini ya, Tuhan :')

Terima kasih udah nemenin aku di setiap masa, musim, apapun keadaan dan situasinya. I'll take these points as my new identity, ter-install dalam diri Khezia, di dalam Nama Tuhan Yesus. Ada pengertian yang baru, identitas yang baru, keyakinan yang baru.

I AM WHO YOU SAY I AM.

Amen. Sekali lagi, terima kasih Tuhan. Hati ini rasanya jadi lebih lega, lebih siap menghadapi besok (Senin), yang udah mulai kerja lagi setelah libur panjang lebaran. Wahahaha. Nulis memang se-ampuh itu ya, hahaha. Ampuh karena ditemenin Bapa :) Yeaayy!


I'm a BLESSED, TOUGH, SIGNIFICANT Leader.

-- Khezia Stevi Liana

Rabu, 08 Desember 2021

more to our story (Sidney Mohede)

I know there’s more to our story
There’s more to see than with our eyes
Sometimes this fear can feed our worries
But I know I am safe here in Your arms
Teach me to trust You with my whole life
More than just lyrics in my songs
The battle is Yours for You are for me
And You are always good and in control
This heart sings
This heart sings
It is well with my soul
It is well with my soul
For all things eternal can’t be seen
My lips will always sing Your glory
For even in the silence
I know You’re Good
This heart sings
This heart sings
It is well with my soul
It is well with my soul
I lay it down
I lay it all down
This life You gave is not my own
So I lay it down
I lay it down

Jumat, 17 September 2021

berbeda

Entah bagaimana lagi mengeluarkan setiap rasa
Berusaha memaklumi dengan segala daya
Lelah rasanya mulut ini bersuara
Seolah senasib, begitu pun dengan telinga

Setiap orang memang punya waktu dan prosesnya
Kamu dan saya mungkin berbeda
Berbeda sifat dan cara berpikirnya
Berbeda latar belakang dan pertumbuhannya
Berbeda pembelajaran dan pemaknaannya
Apa yang menurutmu benar, belum tentu dengan saya

Sebenarnya berbeda itu tak ada salahnya
Selama ada usaha untuk menghargainya
Jika tidak, akan berpotensi menjadi luka
Ingin menjauh menenangkan diri rasanya
Melepaskan agar tak bersarang di jiwa

Semoga kelak saya pun bisa
Memahami bahwa saya dengannya pun mungkin berbeda
Namun bisa menasehati dengan penuh cinta
Hingga kasih ini dapat terasa
Bahkan mengakar dan tinggal sepanjang masa

Kamu dan saya
Saya dan dia
Kita berbeda
Semoga kebesaran hati ini ada
Untuk saling menerima apa adanya

Sabtu, 15 Mei 2021

00.58 - 01.23

Malam ini pk 00.58.

Kata orang, ini sudah waktunya untuk tidur. Lantas, mengapa aku masih terjaga?

Seperti biasa, rasanya masih ada tanggung jawabku yang mengganjal, yang kalau belum kuselesaikan maka akan sulit untuk aku tidur dengan tenang. Ya, apa lagi kalau bukan WA yang belum dibalas.

Entah apakah memang semudah itu kebahagiaanku terganggu, mengingat ini adalah hari ke-4 (memasuki hari ke-5 re: hari terakhir) aku libur. Bersyukur selama 4 hari ini bisa melakukan banyak hal, mulai dari re-arrange perabotan rumah, ajak mama ke Ikea, maupun sekadar leyeh-leyeh menghabiskan waktu bersama keluarga.

Kadang aku jadi kesal sendiri, karena membaca cuplikan message WA yang muncul, hatiku jadi tidak tenang serasa dikejar-kejar. Padahal mungkin tidak ada yang mengejar, mungkin ... setidaknya sebelum aku menerima telp tiba-tiba, berarti segala sesuatu belum se-urgent itu. Tapi kenapa jadi uring-uringan begini? Apakah ini pertanda hatiku memang sudah tidak di sini?

Minggu lalu baru saja aku merasa sedikit lega, karena setidaknya aku sudah mencoba bicara dan mengungkapkan apa yang membuat sesak di dada. Puji Tuhan, mereka menanggapi dengan baik adanya semua keluh kesahku yang kalau ditulis sebanyak 14 halaman notes HP dan 1,5 jam bicara. Pilihannya pun sedang aku doakan, supaya setiap langkah yang kuambil seturut dengan apa maunya Tuhan.

Ini benar-benar bukan masa yang mudah. Bahkan aku ingat pernah berdoa kepada Tuhan, kalau boleh, aku ingin sekali men-skip bagian hidupku yang ini. Supaya cepat selesai, supaya aku tak perlu berlama-lama merasa seperti ini. Tapi itu mauku, sedangkan maunya Tuhan itu seharusnya jadi lebih penting daripada itu.

Di atas segala sesuatu, aku percaya Tuhan mengijinkanku lewat di masa ini karena ada maksudnya. Aku memang belum tau apa, tapi seperti pengalaman yang sudah-sudah, hal yang awalnya aku belum tau apa maksudnya di akhir justru membuatku bersyukur luar biasa. Ah, kalau soal surprise mah Tuhan memang jagonya.

Aku hanya bisa meminta, biar Roh Kudus yang senantiasa menjamah dan mengalirkan damai di hati. Bahkan sampai naik ke pikiran juga, supaya bisa bertindak dengan penuh hikmat dan ketenangan. Yaampun Tuhan, aku benar-benar butuh Engkau. Bisa gila sih ini kalau menghadapi ini semua sendiri.

Sampai saat ini sejujurnya belum nemu sampai ke akar kenapa bisa merasa segelisah ini. Apakah karena ini adalah sesuatu yang sudah berkali-kali terjadi, sampai akhirnya sudah terlalu 'luka' dan jadi sensitif sekali. Dan kalau sudah begini, rasanya benar-benar tak bisa sendiri. Kalau bukan karena kasih dan penyertaan Tuhan, kekuatan Tuhan, mungkin sudah menyerah sebelum hari ini.

Ya, pada akhirnya semuanya akan kembali lagi kepada kebaikan kasih-Nya.

Hidup ini semua karena kebaikan Tuhan, aku masih bernapas pun karena Tuhan. Hari-hari ini aku hanya minta satu dari Tuhan, biar Tuhan beri aku kekuatan untuk hidup dari sehari ke sehari. Biar Tuhan berikan kekuatan-Nya cukup untuk sepanjang 1 hari ini, biar Tuhan berikan sukacita-Nya cukup untuk menghadapi apapun yang terjadi hari ini. Dan biar segala sesuatu terjadi tetap seturut kehendak-Nya, yang terbaik, terutama, dan teristimewa.

Belum melihat, bukan berarti tidak ada. Suatu hari Tuhan pasti buat aku mengerti. Setidaknya, untuk belajar tetap bersyukur dan menghargai kasih Tuhan sehari demi sehari.

Amin.